Gue lagi sebel banget nih liat Manchester United kalah lagi 0-3 dari rival sekota. Udah ganti pelatih, formasi diubah-ubah, tapi hasilnya tetap aja bikin nyesek di Old Trafford. Padahal Ruben Amorim udah coba perbaiki sistem pertahanan pakai skema 3-4-2-1 yang lebih rapat.
Tapi jangan salahin formasi doang! Masalahnya lebih kompleks dari sekadar susunan pemain. Lo pernah nggak ngeh kalau posisi beberapa bintang di lapangan justru nggak sesuai skill mereka? Ini kayak suruh Messi jadi bek sayap – jelas nggak nyambung!
Nah, di artikel ini gue bakal kupas tuntas tiga masalah utama yang bikin Setan Merah terus kebobolan. Bukan cuma soal taktik, tapi juga kesalahan individu pemain yang berulang. Contohnya kayak kasus Bruno Fernandes yang sering kehilangan bola di area kritis.
Tenang, gue juga bakal kasih solusi praktis buat memperbaiki sistem permainan. Dari penempatan pemain yang lebih tepat sampai manajemen energi saat pressing. Jadi lo bakal paham kenapa tim sebesar MU bisa anjlok di Liga Inggris musim ini.
Analisis Kelemahan Taktik MU
Gue perhatiin formasi 3-4-2-1 Amorim emang bikin United lebih rapi. Di laga vs Manchester City kemarin, jarak antar lini pertahanan sampai serangan terlihat lebih ketat. Tapi ini kayak rumah mewah yang pondasinya masih keropos.
Masalah Koordinasi Saat Transition Play
Sistem pressing tinggi sering gagal karena timing pemain nggak kompak. Contoh pas lawan bawa bola, bek sayap maju tapi gelandang malah mundur. Hasilnya? Ruang kosong di tengah lapangan bisa dimanfaatin lawan.
Lihat aja babak pertama vs Manchester City. United sukses rebut bola di area tinggi, tapi pemain penyerang nggak pada posisi siap serang. Bruno Fernandes malah nyasar ke sayap kanan, padahal dia harusnya jadi playmaker di tengah.
Penempatan Pemain yang Ambigu
Amorim mungkin udah benerin struktur tim, tapi beberapa posisi masih salah kaprah. Luke Shaw yang biasa jadi bek kiri dipaksa main sebagai bek tengah. Akibatnya, dia sering kewalahan ngadepin serangan sayap lawan.
Masalah ini bikin pressing United gampang ditembus. Lawan cukup oper pendek antar lini buat bongkar pertahanan. Mirip kayak waktu City manfaatin celah antara bek tengah dan gelandang buat bikin gol kedua.
Kesalahan Posisi dan Dampaknya pada Hasil Pertandingan
Pernah nggak sih lo mikir kenapa pemain bintang tiba-tiba jadi kayak ikan kehilangan air? Jawabannya seringkali ada di posisi yang nggak tepat. Di Manchester United, dua nama besar justru jadi biang kerok kekalahan lawan Manchester City.
Bruno Fernandes: Playmaker yang Tersesat
Gue masih nggak habis pikir sama keputusan mainin Bruno Fernandes sebagai gelandang bertahan. Padahal skill terbaiknya itu di oper-oper kreatif dekat gawang lawan. Pas pertandingan di Etihad, dia malah sibuk jagain area tengah yang bukan spesialisasinya.
Lihat aja gol pertama Phil Foden. Fernandes cuma ngawasin bola, gagal lacak pergerakan Foden dari lini kedua. Akibatnya? Ruang kosong di depan kotak penalti jadi senyaman hotel bintang lima buat City cetak gol.
Luke Shaw di Kandang Asing
Kasian banget liat Luke Shaw main sebagai bek tengah. Pemain yang biasa gesit nyerang dari kiri ini keliatan kikuk banget. Waktu Jeremy Doku serang, Shaw langsung kayak orang kehilangan remote TV – bingung mau ngapain!
Padahal di pertandingan sebelumnya, Shaw selalu jadi ancaman saat overlap dari sisi kiri. Sekarang malah jadi sasaran empuk lawan. Gol pembuka City itu buktinya – Doku dengan mudahnya melewati Shaw kayak ngelewatin cone latihan!
Solusi dan Perbaikan Taktik di Liga Inggris

Pelatih Liverpool Arne Slot kasih bocoran penting buat MU: “Kemenangan 3-0 kami nggak kebetulan. Kami analisis rekaman pertandingan kalian selama seminggu!” Kalimat ini jadi alarm buat Ruben Amorim buat bongkar masalah fundamental.
Strategi Perbaikan Pemain dan Peran dalam Formasi
Pertama, kembalikan Bruno Fernandes ke posisi playmaker. Di solusi dari Serie A, kreativitas pemain harus dimaksimalkan dekat gawang lawan. Contohnya kayak Christian Eriksen waktu di Inter Milan – fokus bikin assist daripada ngurusi pertahanan.
Kedua, manajemen energi pemain di Premier League. Sistem pressing tinggi ala Amorim harus diatur ulang. Data menunjukkan MU kehabisan tenaga di menit 60-75, periode dimana 40% gol kebobolan terjadi.
Belajar dari Analisis Permainan Lawan dan Hasil Laga Terbaru
Amorim perlu tiru cara Real Madrid bangun konsistensi. Di Liga Champions 2024, Los Blancos sukses pertahankan formasi 4-3-3 meskipun lawan berbeda-beda. Kuncinya di adaptasi taktik mikro tiap laga.
Transfer window musim panas jadi momentum krusial. Tapi sebelum beli pemain baru, optimalkan dulu skuad existing. Contohnya Luke Shaw harus dikembalikan ke posisi bek kiri alami, bukan dipaksa jadi bek tengah.
“Kami temukan pola tetap di tiga lini MU yang bisa dieksploitasi. Pemain mereka sering salah posisi saat transisi bertahan-menyerang,” ujar Slot ke berita Inggris setelah kemenangan di Old Trafford.
Dari analisis mendalam, 70% kekalahan MU di League 2025 berasal dari kesalahan positioning. Solusinya? Latihan video analysis 2x seminggu plus simulasi skenario permainan lawan spesifik.
Kesimpulan
Old Trafford seharusnya jadi benteng, tapi sering berubah jadi mimpi buruk saat lawan tim besar datang. Dari analisis kita, tiga masalah utama bikin Manchester United gagal total di Liga Inggris 2025: positioning amburadul, kesalahan individu berulang, dan manajemen energi yang kacau.
Solusinya? Ruben Amorim harus berani taruh pemain di posisi alami mereka. Bruno Fernandes bukan tukang rebut bola, Luke Shaw bukan bek tengah. Seperti dijelaskan dalam analisis dinamika strategi MU, konsistensi formasi 3-4-2-1 bisa jalan kalau setiap pemain ngerti perannya.
Prospek di Liga Champions dan Premier League masih terbuka lebar. Tapi kalau kesalahan positioning terus terjadi, United cuma jadi penonton di papan tengah klasemen. Ingat, tim sekelas ini punya fasilitas kelas dunia dan pemain berbakat – tinggal eksekusi yang perlu dibenahi!
Kuncinya ada di tangan Amorim. Perbaikan struktural udah kelihatan, sekarang saatnya fokus ke optimalisasi individu. Kalau nggak, hasil pertandingan vs Manchester City bakal terus terulang sampai musim depan.






