Pernah dengar tentang pemain bola yang bikin seluruh dunia terpana di era 60-an? Gue mau ajak lo mengenal sosok jenius sekaligus “bad boy” sepak bola yang namanya selalu disebut-sebut saat orang bicara tentang Manchester United. Bukan cuma jago gocek bola, tapi hidupnya penuh warna kayak rollercoaster!
Lahir di Belfast tahun 1946, anak muda ini bikin heboh Inggris sejak usia 17 tahun. Kemampuannya dribbling bola itu kayak sihir – sampai-sampai Pelé bilang dia “pesepakbola terhebat” yang pernah ada. Tapi yang bikin orang makin penasaran, karir gemilangnya sering tertutup gosip kehidupan malam dan gaya hidupnya yang super glamor.
Lo bakal heran gimana seorang pemain bisa sekaligus jadi ikon fashion dan selebriti papan atas. Rambut gondrongnya, pakaian modisnya, bahkan gaya hidupnya yang mewah jadi bahan perbincangan media terus-menerus. Tapi di balik lampu sorot itu, ada cerita sedih tentang perjuangan melawan kecanduan alkohol yang akhirnya merenggut nyawanya di usia 59 tahun.
Di artikel ini, gue bakal kupas tuntas bagaimana George Best bukan cuma mengubah permainan sepak bola, tapi juga jadi simbol budaya populer. Dari teknik mainnya yang memukau sampai pilihan hidupnya yang kontroversial – semua bakal kita telusuri bareng-bareng!
Latar Belakang dan Awal Karier George Best
Tahu nggak sih gimana anak jalanan dari kota kecil bisa jadi bintang dunia? Semuanya berawal dari jalanan berbatu di Belfast Utara tahun 1940-an. Di tengah hiruk-pikuk konflik politik, seorang bocah bernama George Best mulai menunjukkan keahlian luar biasa dalam mengolah si kulit bundar.
Kelahiran dan Masa Kecil di Belfast
Lahir 22 Mei 1946, Best kecil tumbuh di lingkungan pekerja keras. Jalanan menjadi lapangan latihan alaminya. Setiap hari setelah sekolah, dia habiskan waktu menggiring kaleng bekas antara gang-gang sempit – latihan yang kelak membentuk teknik dribbling fenomenalnya.
Pertemuan dengan Bob Bishop dan Awal Bakat
Di usia 15 tahun, nasibnya berubah saat Bob Bishop menyaksikannya bermain. Scout Manchester United ini langsung terpana. Dalam telegram ke manajer Matt Busby, Bishop menulis:
“Saya pikir saya telah menemukan seorang jenius untuk Anda”
Keputusan membawa Best ke Inggris jadi momen penting sejarah sepak bola. Bayangkan – anak dari Irlandia Utara yang belum pernah keluar kota tiba-tiba direkrut klub besar! Latar belakang keras Belfast ternyata jadi senjata rahasianya. Mental pantang menyerah ini yang membuatnya berbeda dari pemain lain.
- Teknik street football ala Belfast
- Kejelian Bob Bishop melihat bakat mentah
- Telegram bersejarah ke markas Manchester United
Inilah bukti bahwa satu orang yang percaya bisa mengubah segalanya. Dari gang sempit Belfast ke panggung dunia – semua berawal dari sorotan mata tajam seorang pencari bakat.
Debut Memukau dan Karier di Manchester United

Bayangkan suasana Old Trafford tahun 1963. Ribuan fans penasaran: benarkah ada remaja 17 tahun yang bisa bangkitkan harapan baru? Jawabannya datang lewat kaki ajaib George Best.
Debut di Usia 17 Tahun
14 September 1963 jadi hari bersejarah. Melawan West Bromwich Albion, Best masuk sebagai pemain pengganti. Gaya dribbling-nya langsung bikin lawan pusing! Pelatih Matt Busby bilang:
“Dia seperti penari balet dengan sepatu bola – setiap gerakannya punya ritme magis”
Dua minggu kemudian, gol pertamanya lahir saat melawan Burnley. Tekniknya yang unpredictable bikin penjaga gawang hanya bisa geleng-geleng. Fans mulai ramai nyeletuk: “Ini dia penerus Duncan Edwards!”.
Momen Emas di Lapangan Old Trafford
Musim 1964-1965 jadi bukti kelasnya. Best membantu Manchester United menjuarai Divisi Utama – gelar pertama pasca-tragedi Munich. Lihat statistik menakjubkannya:
| Musim | Penampilan | Gol | Trofi |
|---|---|---|---|
| 1963/1964 | 26 | 6 | – |
| 1964/1965 | 41 | 10 | 1 Liga |
| 1967/1968 | 53 | 32 | European Cup |
Yang paling epic tentu final European Cup 1968. Best jadi motor serangan yang bikin timnas Benfica kewalahan. Old Trafford bergemuruh – mereka tahu sedang menyaksikan kelahiran ikon baru sepak bola dunia.
Kisah Sukses: legenda george best
Gue yakin lo penasaran: sebenarnya sehebat apa sih pemain satu ini di masa jayanya? Tahun 1960-an jadi saksi bagaimana seorang bintang asal Belfast menulis sejarah emas sepak bola modern.
Penghargaan dan Prestasi di Musim 1960-an
Musim 1967-1968 jadi puncak karirnya. Bayangkan – seorang sayap jadi top scorer Divisi Utama dengan 28 gol! Padahal biasanya gelar itu diraih striker murni. Pelatih Matt Busby pernah bilang:
“Dia bermain seperti punya bola magnet di kakinya. Setiap serangan selalu berbahaya!”
Dua gelar juara liga (1965 & 1967) plus European Cup 1968 jadi bukti konsistensinya. Yang bikin lebih keren, semua ini diraih sebelum usia 23 tahun!
Kontribusi di Liga dan Piala Eropa 1968
Final legendaris di Wembley 29 Mei 1968 jadi momen tak terlupakan. Saat United lawan Benfica, skor 1-1 di babak tambahan. Tiba-tiba… boom! Gol spektakuler tercipta dari kaki si nomor 7. Stadion pun meledak!
- Membawa United juara Eropa pertama kali
- Cetak gol penting di final depan 92.000 penonton
- Raih gelar Pemain Terbaik Eropa tahun itu
Statistik musim 1967/1968 bikin merinding: 32 gol dari 53 pertandingan. Buat pemain sayap, angka ini kayak mimpi di siang bolong. Prestasi ini nggak cuma soal angka, tapi juga pengaruh besar di setiap laga penting.
Karisma dan Gaya Hidup George Best
Lo pernah liat pemain bola yang gaya hidupnya lebih hot dari penampilannya di lapangan? Di era 60-an, sosok ini jadi kombinasi sempurna antara skill kelas dunia dan gaya hidup super glamor. Bukan cuma bikin heboh dengan gol-gol spektakuler, tapi juga jadi bahan utama di halaman depan koran.
Setelah bikin dua gol kilat lawan Benfica tahun 1966, media Eropa langsung kasih julukan ‘El Beatle’. Bukan tanpa alasan – rambut gondrongnya dan senyum menggoda bikin fans perempuan histeris kayak lihat John Lennon. Seorang wartawan pernah nulis:
“Dia bukan cuma main bola, tapi menciptakan pertunjukan lengkap dengan lampu sorot dan drama”
Kepribadian Flamboyan dan Popularitas di Luar Lapangan
Gaya hidupnya bener-bedar nggak main-main. Gaji £200 per minggu (gila buat zaman itu!) dia habiskan buat koleksi mobil sport Ferrari, jas kulit eksklusif, dan pesta sepanjang malam. Tapi justru ini yang bikin media jatuh cinta – setiap penampilannya di jalanan langsung jadi berita panas.
Yang menarik, kepopulerannya nggak cuma di Inggris. Di masa ketika kisah lengkap karirnya jadi buah bibir, Best sudah jadi ikon global. Baju-bajunya yang nyentrik mempengaruhi fashion anak muda dari Manchester sampai Jakarta.
Tapi di balik gemerlapnya, ada harga mahal yang harus dibayar. Popularitas sebagai pesepakbola pertama yang jadi selebriti sejati ini bikin tekanan hidupnya makin berat. Setiap kesalahan kecil langsung jadi bahan bakar gosip media.
Sisi Gelap: Kontroversi dan Perjuangan Pribadi
Di balik sorotan kamera dan piala, ada bayangan panjang yang mengikuti sang bintang. Gue mau bocorin rahasia yang jarang diungkap media: pertarungan tersembunyi yang bikin karier cemerlangnya seperti rollercoaster.
Masalah Alkohol dan Dampaknya pada Karier
Masalah alkohol jadi momok menakutkan. Tahun 1971, dia malah pilih kencan dengan aktris Sinead Cusack ketimbang main lawan Chelsea. Klub marah besar – ini cuma satu dari banyak skorsing yang diterimanya.
Kasus terparah terjadi di San Jose, California. Dia diskors tanpa batas waktu setelah terlibat perkelahian di bar. “Kebiasaan minum 12 tahun jadi akar semua masalah,” akunya ke The New York Times. Padahal saat itu, usia baru 25 tahun!
Lihat fakta lengkap masalah alkohol yang bikin debutnya di United terancam. Gaji besar habis untuk rehab, sementara prestasi di lapangan meredup perlahan.
Dari puncak kesuksesan sampai jurang kegelapan – inilah harga mahal yang dibayar untuk popularitas. Tapi justru di titik terendah ini, kita belajar: jenius sekalipun punya sisi manusiawi yang rapuh.






